Rabu, 06 Juni 2012

Perkataan Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah Tentang Orang yang Asing*)


Kemudian Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah melanjutkan: “Pahala yang sangat agung ini adalah karena keasingannya di tengah komunitas manusia lainnya, juga karena teguhnya ia berpegang dengan Sunnah Rasulullah r di tengah kegelapan hawa nafsu dan fikiran sesat mereka.
Jika ada seorang mukmin yang telah diberi anugerah oleh Allah untuk dapat memahami agama-Nya, juga memahami Sunnah Rasul-Nya, mendalami Kitab-Nya serta diberi petunjuk tentang hawa nafsu, bid’ah, kesesatan dan berpalingnya orang lain dari jalan lurus yang pernah dijalani oleh Rasulullah r dan para Sahabatnya y, maka apabila orang semacam ini ingin menempuh jalan ini, hendakalah dia
menyiapkan dirinya untuk menjadi tempat celaan dan cemoohan orang-orang bodoh dan ahli bid’ah, serta akan menjadi bahan olok-olokan dan cacian, serta orang-orang akan diperingatkan agar jangan dekat-dekat dengannya, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap orang-orang yang mengikuti Rasulullah r.
Jika dia tetap mengajak mereka untuk menuju kepada Sunnah Rasulullah r dan mencela perbuatan mereka (orang-orang yang menyelisihi Sunnah.pen), maka akan bangkitlah Kiamat mereka, mereka akan segera mencari orang yang akan dapat membinasakannya, mereka segera memasang jaring perangkap, dan akan segera menarik kuda dan memacunya untuk menghadangnya.
Orang semacam ini adalah orang asing dalam agamanya, karena rusaknya agama mereka (orang-orang yang menyelisihi Sunnah.pen).
Asing dalam berpegang teguhnya dengan Sunnah, karena mereka (orang-orang yang menyimpang tersebut.pen) berpegang teguh pada bid’ah.
Asing dalam ‘aqidahnya, karena sesatnya ‘aqidah mereka.
Asing dalam shalatnya, karena kejelekan shalat mereka.
Asing dalam cara hidupnya, karena sesat dan salahnya cara hidup mereka.
Asing dalam nisbatnya, karena tidak sama dengan nisbah mereka.
Asing saat bergaul dengan mereka, karena dia bergaul dengan mereka dengan sesuatu yang tidak mereka senangi.
Perhatikanlah!
Dia asing dalam semua urusan dunia dan akhiratnya, tidak ada yang mau membantu dan menolongnya, dialah orang alim di tengah komunitas orang-orang bodoh, orang yang berpegang teguh dengan Sunnah ditengah ahli bid’ah.
Orang yang mengajak pada agama Allah dan Rasul-Nya di tengah para penyeru kepada hawa nafsu dan bid’ah, orang yang memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar di tengah-tengah manusia yang bergelimang dengan kemunkaran dan mengingkari perbuatan baik.”[1]

*) disalin dari Buku Tegar Diatas Sunnah oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali hafizhahullah (hal. 98-100)
(judul postingan ini oleh pemilik blog ini)


iop

Bintaro, 16 Rajab 1433 H

[1] Lihat Madaarijus Saalikiin oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (III/198-200)

0 komentar:

Posting Komentar