Kemudian Imam
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah melanjutkan: “Pahala yang sangat agung ini adalah
karena keasingannya di tengah komunitas manusia lainnya, juga karena teguhnya
ia berpegang dengan Sunnah Rasulullah r di tengah kegelapan hawa nafsu dan fikiran sesat
mereka.
Jika ada
seorang mukmin yang telah diberi anugerah oleh Allah untuk dapat memahami agama-Nya,
juga memahami Sunnah Rasul-Nya, mendalami Kitab-Nya serta diberi petunjuk
tentang hawa nafsu, bid’ah, kesesatan dan berpalingnya orang lain dari jalan
lurus yang pernah dijalani oleh Rasulullah r dan
para Sahabatnya y,
maka apabila orang semacam ini ingin menempuh jalan ini, hendakalah dia
menyiapkan dirinya untuk menjadi tempat celaan dan cemoohan orang-orang bodoh dan ahli bid’ah, serta akan menjadi bahan olok-olokan dan cacian, serta orang-orang akan diperingatkan agar jangan dekat-dekat dengannya, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap orang-orang yang mengikuti Rasulullah r.
menyiapkan dirinya untuk menjadi tempat celaan dan cemoohan orang-orang bodoh dan ahli bid’ah, serta akan menjadi bahan olok-olokan dan cacian, serta orang-orang akan diperingatkan agar jangan dekat-dekat dengannya, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap orang-orang yang mengikuti Rasulullah r.
Jika dia tetap
mengajak mereka untuk menuju kepada Sunnah Rasulullah r dan
mencela perbuatan mereka (orang-orang yang menyelisihi Sunnah.pen), maka akan
bangkitlah Kiamat mereka, mereka akan segera mencari orang yang akan dapat
membinasakannya, mereka segera memasang jaring perangkap, dan akan segera
menarik kuda dan memacunya untuk menghadangnya.
Orang semacam
ini adalah orang asing dalam agamanya, karena rusaknya agama mereka
(orang-orang yang menyelisihi Sunnah.pen).
Asing dalam
berpegang teguhnya dengan Sunnah, karena mereka (orang-orang yang menyimpang
tersebut.pen) berpegang teguh pada bid’ah.
Asing dalam ‘aqidahnya,
karena sesatnya ‘aqidah mereka.
Asing dalam
shalatnya, karena kejelekan shalat mereka.
Asing dalam
cara hidupnya, karena sesat dan salahnya cara hidup mereka.
Asing dalam
nisbatnya, karena tidak sama dengan nisbah mereka.
Asing saat
bergaul dengan mereka, karena dia bergaul dengan mereka dengan sesuatu yang tidak
mereka senangi.
Perhatikanlah!
Dia asing
dalam semua urusan dunia dan akhiratnya, tidak ada yang mau membantu dan
menolongnya, dialah orang alim di tengah komunitas orang-orang bodoh, orang
yang berpegang teguh dengan Sunnah ditengah ahli bid’ah.
Orang yang
mengajak pada agama Allah dan Rasul-Nya di tengah para penyeru kepada hawa
nafsu dan bid’ah, orang yang memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar di tengah-tengah manusia yang bergelimang dengan kemunkaran dan
mengingkari perbuatan baik.”[1]
*) disalin dari
Buku Tegar Diatas Sunnah oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali hafizhahullah
(hal. 98-100)
(judul postingan ini oleh pemilik blog ini)
iop
Bintaro, 16 Rajab 1433 H
[1]
Lihat Madaarijus Saalikiin oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (III/198-200)
0 komentar:
Posting Komentar