Sabtu, 17 November 2012

Perkataan Salaf Tentang Niat yang Ikhlas


Bismillah.
Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata : ”Tidaklah aku bersungguh-sungguh mengobati sesuatu hal, melebihi kesungguhanku dalam menjaga hatiku, karena ia selalu berubah-ubah padaku.” (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 18, karya Ibnu Rojab al-Hambali, cet. Ke-1, Dar el-Aqidah, Kairo, Mesir tahun 2002).

Ibrohim an-Nakha’i rahimahullah menceritakan,
”Sesungguhnya mereka dahulu –ulama salaf- apabila sedang berkumpul maka mereka tidak suka apabila seorang –di antara mereka- harus mengeluarkan cerita terbaik yang dia alami atau –mengeluarkan- perkara terindah yang ada pada diri mereka”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Mubarak dalam az-Zuhd, dinukil dari Tajrid al-Ittiba’ fi Bayan Asbabi Tafadhul al-A’mal, hal. 53 cet. Dar al-Imam Ahmad, 1428 H).

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Semoga Alloh merahmati seseorang yang bisa menilai ketika timbul keinginannya. Jika keinginannya karena Alloh dia teruskan, namun apabila untuk selainNya di tangguhkan.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman : 5/458).

Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata, ”Beramal tanpa keikhlasan dan ittiba’ (meneladani Nabi), ibarat musafir yang mengisi kantongnya dengan pepasiran. Hanya memberatkannya dan tidak bermanfaat baginya.” (al-Fawa’id, Ibnul Qoyyim (691-751 H), hal. 55, tahun 1993, Darul Fikr, Beirut).

Yahya bin Abi Katsir rahimahullah  berkata, “Pelajarilah niat karena niat lebih sempurna daripada amal.”

Ibnul Mubarak rahimahullah berkata : ”Berapa banyak amal yang kecil menjadi besar karena niat dan berapa banyak amalan besar menjadi kecil karena niat.”

Mutharrif bin ’Abdulloh rahimahullah berkata, ”Baiknya hati tergantung dari baiknya amal dan baiknya amal tergantung dari baiknya niat.” (Dinukil dari kitab Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam karya Ibnu Rojab al-Hambali).

Imam al-Jailani rahimahullah berkata kepada salah seorang muridnya, ”Beramallah dengan ikhlas dan jangan lihat seluruh amal perbuatanmu. Amal perbuatanmu yang diterima adalah amal perbuatan yang engkau tujukan untuk mengharapkan keridhoan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, bukan keridhoan manusia. Engkau celaka jika beramal untuk manusia, namun engkau berharap perbuatanmu diterima Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Ini perbuatan gila!” (Al-Fathu ar-Robbani : 36).

As-Susi rahimahullah berkata : “Barangsiapa menyaksikan ikhlas dalam keikhlasannya maka keikhlasannya membutuhkan ikhlas.”

Yusuf bin Husain ar-Rozi rahimahullah berkata, “Perkara yang paling mulia di dunia adalah ikhlas, berapa kali aku bersungguh-sungguh dalam menggugurkan riya’ dari hatiku, akan tetapi seakan-akan riya’ itu tumbuh kembali dengan warna yang berbeda. (Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hal. 2, karya Ibnu Rojab al-Hambali, cet. Ke-1, Dar el-Aqidah, Kairo, Mesir. Tahun 2002).

sumber: klik disini

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Bintaro, 4 Muharrom 1434 H (18 Nopember 2012)

0 komentar:

Posting Komentar